Makalah Tentang Jadal Quran
MAKALAH
ULUMUL QUR’AN TENTANG JADAL QUR’AN
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas
mata kuliah umum yaitu Ulumul Qur’an
Disusun Oleh
Dyah Feradinia Melinia
Lia Agustina
Tantri Melania Permata Putri
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN JURUSAN BAHASA
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA
TAHUN 2018
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga terwujud makalah ULUMUL QUR’AN yang berjudul “JADAL AL –
QUR’AN’’. Terima kasih kepada Bapak Ajahari, M.Ag. yang telah membimbing kami
dalam proses pemahaman mata kuliah ini.
Makalah ini kami susun berdasarkan untuk memenuhi tugas
perkuliahan Ulumul Qur’an. Semoga Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
selalu memberikan petunjuk kepada kita dalam pembuatan generasi yang
berakhlakul karimah, cinta bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Palangkaraya,
Oktober 2018
Kelompok
X
DAFTAR
ISI
SAMPUL ………………………………………………………………………………………...1
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………..2
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………….3
BAB I PENDAHULUAN
……………………………………………………………………….4
1.1 Latar Belakang
………………………………………………………………………4
1.2 Rumusan Masalah
…………………………………………………………………...5
1.3 Manfaat ……………………………………………………………………………...5
BAB II PEMBAHASAN
………………………………………………………………………..6
2.1 Ruang Lingkup ………………………………………………………………………6
2.2 Penjabaran Materi
…………………………………………………………………...6
BAB III PENUTUPAN
………………………………………………………………………...11
3.1 Kesimpulan
…………………………………………………………………………11
3.2 Saran
………………………………………………………………………………..11
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………12
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Kitab suci
Al-Qur’an merupakan kitab suci yang berisi kebenaran yang jelas dan terperinci
yang menjangkau segala aspek kehidupan, hal ini terlihat dengan jelas ketika
masa kejayaan Islam yang dibangun berlandaskan Al-Qur’an. Namun banyak manusia
yang mengingkari keabsahannya sehingga hatinya dipenuhi kesombongan dan
menyatakan diri tidak mengimaninya. Al-Qur’an tidak berisi kalimat-kalimat
verbal yang sunyi arti, tapi lebih merupakan untaian kalimat petunjuk dan
hidayah untuk seluruh ummat manusia dan terbukti telah menyatukan berbagai
macam keragaman, oleh sebab itu, masuk akal jika terdapat banyak sekali
proses-proses para penafsir Al-Qur’an dari zaman kezaman dalam upaya mengungkap
makna-makna dan sistem yang terkandung dalam Al-Qur’an yang merupakan mukjizat
terbesar akhir zaman.
Selain itu
hakikat-hakikat yang sudah jelas Nampak dan nyata telah dapat disentuh manusia,
dibeberkan oleh bukti-bukti alam dan tidak memerlukan lagi argumentasi lain
untuk menetapkannya dalil atas kebenarannya. Namun demikian, kesombongan
seringkali mendorong seseorang untuk
membangkitkan keraguan dan mengacaukan hakikat-hakikat tersebut dengan
berbagai kerancuan yang di bungkus baju kebenaran serta dihiasinya dalam
cerminan akal. Usaha yang demikian, perlu dihadapi dengan hujjah agar
hakikat-hakikat tersebut mendapat pengakuan yang semestinya, dipercayai atau
malah diingkari.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Jadal Al-Qur’an?
2. Apa
saja macam-macam, dan rukun Jadal Al-Qur’an?
3. Apa
saja metode debat dalam Al-Qur’an?
4. Apa
saja faedah mempelajari Jadal Al-Qur’an?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian Jadal Al-Qur’an.
2. Untuk
mengetahui macam-macam, dan rukun Jadal Al-Qur’an.
3. Untuk
mengetahu metode debat dalam Al-Qur’an.
4. Untuk
mengetahui faedah mempelajari Jadal Al-Qur’an.
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Ruang
Lingkup
Dalam makalah ini pembahasan meliputi tentang Jadal
Qur’an, sesuatu yang mengenai atau menyangkut Jadal Qur’an yaitu seperti
pengertian atau definisi, Macam-macam rukun, dan apa faedahnya kita mempelajari
serta memahami tentang Jadal Qur’an.
Landasan Teori yang kami ambil yaitu dari buku-buku
tentang Ulumul Qur’an, Pendapat para ahli ataupun Ulama, serta menurut Hadist.
1.2 Penjabaran
Materi
1. Apa
Pengertian Jadal Al-Qur’an?
Kata “jadal” atau “jidal” menunjuk pada pengertian perdebatan
atau diskusi, sehingga jadal berarti saling tukar pikiran atau pendapat dengan
jalan masing-masing berusaha berargumen dalam rangka untuk memenangkan pikiran
atau pendapatnya dalam suatu perdebatan yang sengit. Asal kata jadal ini adalah
“jadaltu al habla” artinya aku mengokohkan pintalannya, seakan-akan kedua belah
pihak yang berdebat itu mengadakan permintalan otaknya.[1]
Jadal dalam arti bahasa
adalah “kusut” yang berarti “tali yang kusut” dan menurut istilah yaitu:
perdebatan dalam suatu masalah dan berargumen untuk memenangkan perdebatan (menemui
kebenaran).[2]
2.
Apa saja macam-macam, dan rukun Jadal Al-Qur’an?
Secara
umum, macam-macam Jadal dalam Al-Qur’an dapat dikelompokkan ke dalam dua
kategori[3]
a) Pertama : Jadal yang terpuji (al
Jadal al Mamduh) adalah suatu debat yang dilandasi niat yang ikhlas dan murni
dengan cara-cara yang damai untuk mencari dan menemukan kebaikan dan kebenaran.
b) Kedua : Jadal yang tercela
(al-Jadal al-Mazdmum) adalah setiap debat yang menonjolkan kebathilan atau
dukungan atas kebathilan itu. Jadal al-mudzmum ini ada yang dilakukan dalam
bentuk debat tanpa landasan keilmuan. Dijelaskan juga dalam (Q.S al-Hajj ayat 3
dan 8).
Macam-macam
perdebatan dalam Al-Qur’an
pertama, menyebutkan ayat ayat kauniah yang disertai
perintah melakukan perhatian dan pemikiran untuk dijadikan dalil bagi penetapan
dasar dasar akidah, seperti ketauhidan Allah dalam Uluhiyah-nya dan keimanan kepada malaikat malaikat,
kitab kitab, rasul rasul-Nya dan hari kemudian. Perdebatan macam ini banyak
diungkap dalam al-Quran.
Misalnya Firman Allah, surah al-Baqarah ayat 21-22
"Wahai manusia sembahlah tuhanmu yang telah
menciptakanmu dan orang orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa. Dialah
yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia
menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu
segala buah buahan sebagai rezeki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan
sekutu sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui".
Bentuk jadal dalam al-Quran yang kedua, membantah
pendapat para penantang dan lawan, serta mematahkan argumentasi mereka. Bentuk
jadal dalam al-Quran semacam ini memiliki beberapa bentuk, yaitu: Membungkam
lawan bicara dengan mengajukan pertanyaan tentang hal hal yang telah diakui dan
diterima baik oleh akal, agar ia mengakui apa yang tadinya diingkari, seperti
penggunaan dalil dengan makhluk untuk menetapkan adanya khalik.
Mengambil dalil dengan mabda' (asal usul
kejadian) untuk menentukan Ma'ad (hari kebangkitan). Misalnya, al-Quran Surah
Qaf ayat 15 :
"Maka apakah kami letih dengan penciptaan
yang pertama? Sebenarnya mereka dalam keadaan ragu ragu tentang penciptaan yang
baru".
Membatalkan pendapat lawan dengan
membuktikan (kebenaran) kebalikannya, seperti, surah al-An'am ayat 91:
"Katakanlah siapa yang menurunkan kitab
(Taurat) yang dibawa oleh musa sebagai cahaya dan petunjuk bagi manusia, kamu
jadikan kitab itu lembaran lembaran kertas yang bercerai berai, kamu
perliahatkan sebahagiannya dan kamu sembunyikan sebahagian besarnya. Padahal
telah diajarkan kepadamu apa yang kamu dan bapak bapak kamu tidak mengetahui
(nya)?. Katakanlah: Allah lah (yang menurunkanya) kemudian (sesudah kamu
menyampaikan Quran kepada mereka), biarkanlah mereka beramain main dalam
kesesatan mereka."
Bentuk jadal dalam al-Quran yang ketiga, menghimpun dan merinci (al-sabr wa al-taqsim),
yakni menghimpun beberapa sifat dan menerangkan bahwa sifat sifat tersebut
bukanlah Illah, alasan hukum, seperti Firman-Nya, surah al-An'am Ayat 143-144.
"Delapan binatang yang berpasangan, sepasang
dari domba dan sepasang dari kambing. Katakanlah: Apaka dua yang jantan yang
diharamkan Allah ataukah dua betina, ataukah yang ada dalam kandungan dua
betinanya?. Terangkanlah kepadaku dengan berdasar pengetahuan jika kamu memang
orang orang yang benar. Dan sepasang dari unta dan sepasang dari lembu.
Katakanlah: Apakah dua yang jantan yang diharamkan ataukah dua yang betina
taukah yang ada dikandungan dua betinanya?. Apakah kamu menyaksikan diwaktu
Allah menetapkan ini bagimu? Maka siapakah yang lebih dzalim dari pada orang
orang yang membuat buat dusta terhadap Allah untuk menyesatkan manusia tanpa
pengetahuan?. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang orang yang
dzalim.
Bentuk jadal dalam al-Quran
yang keempat, membungkam lawan dan mematahkan hujjahnya
dengan menjelaskan bahwa pendapat yang dikemukakannya itu menimbulkan suatu
pendapat yang tidak diakui oleh siapa pun. Misalnya firman Allah, surah
al-An'am ayat 100-101.
"Dan mereka (orang orang musyrik) menjadikan
Jin itu sekutu bagi Allah, padahal Allah lah yang menciptakan jin jin itu dan
mereka membohong (dengan mengatakan): bahwasanya Allah mempunyai anak laki laki
dan perempuan, tanpa berdasar ilmu pengetahuan. Maha suci Allah dan maha tinggi
dari sifat sifat yang mereka berikan. Dia pencipta langit dan bumi. Bagaimana
Dia mempunyai anak padahal Dia tidak punya istri? Dia menciptakan segala
sesuatu dan dia mengetahui segala sesuatu.”
3. Apa saja metode debat
dalam Al-Qur’an?
Al-Qur’an sebagaimana diketahui bukan buku logika atau mantiq yang
menguraikan cara-cara berdebat; dan bukan pula buku ilmiyah yang memuat buku
teori ilmu pengetahuan.
Al-Qur’an tidak menempuh metode seperti yang dipegang teguh oleh para ahli
kalam, yang memerlukan adanya muqadimah (premis) dan natijah (konklosi).
Biasanya Al-Qur’an menempuh dengan cara ber-istidlal (inferensi) dengan sesuatu
yang bersifat kully (universal) atau sesuatu yang bersifat juz’iy (parsial)
dalam qiyas tamsil, atau beristidlal dengan juz’iy atau kully dalam qiyas
istiqra’, Langkah tersebut dilakukan karena beberapa alasan.[4]
1. Al-Qur’an turun dan dating dalm bentuk berbahasa Arab. Ia menyeru kepada
mereka dengan bahsa yang mereka ketahui;
2. Bersandar pada fitrah jiwa yang percaya kepada apa yang disaksikan dan
dirasakan tanpa perlu penggunaan pemikiran yang mendalam ketika ber-istidlal,
,erupakan hasil lebih kuat pengaruhnya dan lebih efektif hujjah-nya.
3. Meninggalkan pembicaraan yang jelas dan tidak menggunakan tutur kata
yang jlimet (sulit) dan pelik karna tutur kata yang demikian merupakan
kerancuan dan teka teki yang hanya dapat dimengerti oleh sebagiam ahli (khas).
4.
Apa saja faedah mempelajari Jadal Al-Qur’an?
Urgensi dalam mempelajari
ilmu Jadal
Al-Qur’an
diturunkan oleh Allah melalui penyampaian dari Nabi sebagai rahmat dan petunjuk
bagi manusia. Sebelum Nabi Muhammad diutus menyampaikan risalahNya, keadaan
orang Arab pada waktu itu sangat bejat moralnya dan masih menyembah berhala.
Sehingga Nabi Muhammad butuh waktu yang panjang untuk mengembalikan pada akidah
yang benar. Disamping itu orang Arab sangat keras wataknya tapi masalah bahasa
sangat menguasai dan pakar dalam hal itu. Sehingga ketika mereka menerima
ajaran Rasulullah mereka sering menentang bahkan mendustakannya.
Faedah dan tujuan Jadal al-Qur`ân memiliki berbagai tujuan, yang dapat
ditangkap dari ayat-ayat al-Qur`ân yang mengandung atau yang bernuansa Jadal.
Secara umum, kegunaan Jadal A-Qur’an bagi kita umat muslim ialah untuk
memperkuat iman kita karena dengan adanya perdebatan-perdebatan dalam Al-Qur’an
mampu membuka cakrawala kita tentang kebenaran Allah, kitab Allah dan para
RosulNya. Serta menambah pengetahuan kita bahwa Allah dan kebenaran Al-Qur’an
tidak terbantahkan.
Sedangkan tujuannya secara khusus di
antaranya adalah :
-
Sebagai jawaban
atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka penetapan dan pembenaran
aqidah dan qaidah syari’ah dari persoalan-persoalan yang dibawa dan dihadapi
para Rasul, Nabi dan orang-orang shaleh.
-
Sebagai bukti-bukti dan dalil-dalil yang dapat mematahkan dakwaan dan
pertanyaan-pertanyaan yang muncul di kalangan umat manusia, sehingga menjadi
jelas jalan dan petunjuk ke arah yang benar.
-
Sebagai layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin tahu,
ingin mengkaji sesuatu persoalan secara nalar yang rasional , atau melalui
ibarat maupun melalui do’a.
Untuk menangkis
dan melemahkan argumentasi-argumentasi orang kafir yang sering mengajukan
pertanyaan atau permasalahan dengan jalan menyembunyikan kebenaran.
Tujuan Jadal Qur’an, Jadal al-Qur'an memiliki berbagai tujuan, yang dapat
ditangkap dari ayat-ayat al-Qur'anyang mengandung atau yang bemuansa Jadal, di
antara rrya adalah :
a) Sebagai
jawaban atau untuk mengungkapkan kehendak Allah dalam rangka penetapan dan
pembenaran aqidah dan qaidah syari'ah dari persoalan-persoalan yang dibawa dan
dihadapi para Rasul, Nabi dan orang-orang shaleh. Sekaligus sebagai bukti-bukti
dan dalil-dalil yang dapat mematahkan dakwaan dan pertanyaan-pertanyaan yang
muncul di kalangan umat manusi4 sehingga menjadi jelas jalan dan petunjuk ke
arah yang benar. Jadal dengan tujuan seperti ini dapat dicermati contohnya
mengenai dialog Nabi Musa a.s. dengan Fir'aun (Q.,s. al- Syu'ara'/26: 10-51).
b) Sebagai
layanan dialog bagi kalangan yang memang benar-benar ingin tahu, ingin mengkaji
sesuatu persoalan secara nalar yang rasional , atau melalui ibarat maupun
melalui do'a. Dari dialog-dialog tersebut, kemudian hasilnya dapat dijadikan pegangan,
nasehat dan semacamnya. Untuk tujuan seperti ini dapat dijadikan contohnya
adalah penjelasan Allah SWT. atas persoalan kegelisahan Nabin Ibrahim a.s. yang
ingin menambah keyakinannya dan ketenangannya dengan mengetahui bagaimana Allah
menghidupkan makhluk-Nya yang telah mati (Q.,S. al Baqarah)2 :260, juga dapat
dilihat pada ayat 30 surat yang sama sebagai contoh lainnya.
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan
Kata
“jadal” atau “jidal” menunjuk pada pengertian perdebatan atau diskusi, sehingga
jadal berarti saling tukar pikiran atau pendapat dengan jalan masing-masing.
3.2 Saran
Dalam melakukan debat
hendaknya tidak sekehendak keinginan hati , karena segala sesuatu pasti
memiliki peraturan masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA
Ajahari(2018),
Ulumul Qur’an illmu-ilmu Al-Qur’an
(Yogyakarta:Aswaja Pressindo,)
Al-Qaththan Mabdhitsfi Manna’ Khalil
uluummal-quran(Beirut: Mansyurat at-Ashr, 1977)
Manna’ Khalil
al-Qattan(trjmah; Drs, Mudzakir AS), Studi Ilmu-ilmu a-Qur’an, Litera
Antar Nusa, Halim Jaya, Jakarta, 2002.
Prof. Dr. Nashruddin B.(2011). Wawasan Baru
ILMU TAFSIR. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Quthan Mana’ul:pembahasan ilmu al qur’an(Jakarta:Rineka Cipta,1995)
[2]
Manna’ Khalil al-Qaththan Mabdhitsfi uluummal-quran(Beirut: Mansyurat at-Ashr,
1977) hal.298
[3] Ajahari:Ulumul
Qur’an Ilmu Ilmu Al-Qur’an(Yogyakarta: Aswaja Pressindo,2018)hal.221
[4]
Ajahari:Ulumul Qur’an Ilmu Ilmu Al-Qur’an(Yogyakarta: Aswaja
Pressindo,2018)hal.227
Komentar
Posting Komentar